Sunday, February 27, 2011

Kematian dan Dunia Maya



Kematian bagi banyak orang bisa menjadi hal yang menakutkan untuk dibicarakan. Seolah-olah mendengar kata kematian adalah sebuah keputusasaan, berhenti dari segala aktifitas (terutama yang menyenangkan) di dunia. Kematian juga enggan dibicarakan lantaran kita tidak tahu kapan itu terjadi.

Lalu, bagaimana jika kita atau ada yang sebenarnya tahu kapan kematian itu datang dan "berani" memberitahukannya ?
Maka jawabannya tetap bervariasi; ada yang memilih berbuat amal sebanyak-banyaknya dan mengingat TUHAN 24 jam nonstop, ada juga yang (mungkin) memilih menjawab "bersenang-senang" saja.
Tapi, kalau saya memilih jawaban yang terakhir pasti semua orang akan menganggap saya bukan orang yang beragama.

Dan akhirnya saya menarik garis seperti ini :

Kematian --------------> Agama/TUHAN.
Kata kematian adalah kepunyaan dari kata agama dan TUHAN.

Dari banyak peristiwa antara kelahiran dan kematian, bagi saya kata kematian adalah menjadi bagian yang sangat mengundang perhatian saya. Sebagai contoh ; saya lebih ringan langkah menghadiri sebuah pemakaman dibanding ikut bersenang-senang dalam sebuah acara ulang tahun atau resepsi lainnya. Bahkan bisa jadi (bagi saya) kematian akan menjadi sebuah kekuatan semangat hidup yang kuat.

Suatu waktu di tahun 2000 saat internet belum sebegitu ramai seperti sekarang, saya sudah mempersiapkan sebuah halaman (page site) di dunia maya jika suatu waktu kematian datang menemui saya. Lalu seorang teman mengatakan tegas : "ngapain si Lu bikin begituan !"
Sambil senyum, dalam hati saya menjawab : "anggap ini sebuah wasiat atau ole-oleh, dan akan bisa dilihat nanti di dunia maya setelah saya benar-benar tidak ada di dunia nyata.".
Baru-baru ini saya coba mengakses kembali page saya itu dan mencarinya di google, sayangnya itu tak bisa ditemukan kembali.

Ahhh, saya akhirnya ingat, pernah muncul sebuah berita di area maya, blog seseorang yang isinya sebuah catatan akhir bloggernya tentang kematian. Hingga kini (bagi saya yang Blogwalking) cerita ini masih misteri.
Namun ada pula beberapa blog yang saya lalui, ikut jadi bagian mengapa catatan ini muncul.

Saya tidak tahu apakah industri film sudah menjamah ide cerita yang seperti saya pikirkan sekarang.

Seorang manusia yang bermain/eksis di dunia maya, dan kemudian meninggal dunia.

Saya tidak habis pikir, kira-kira apa isi inbox pemilik nya. Apa posting-posting draft nya yang belum sempat dikirimkan.

Bagi saya yang sudah menggilai dunia maya sekitar 10 - 13 tahun lalu, kematian sudah menjadi bagian yang tidak tabu lagi untuk dibicarakan. Dan saya (kembali) sudah mempersiapkan kunci nya pada suatu tempat tertentu agar suatu hari semua kegiatan maya saya dapat dibagikan dan diceritakan sebagai pengalaman yang indah dan baik.

===============================
Tulisan ini didedikasikan untuk para pengguna dunia maya yang sudah mendahului saya menemuai MAHA PENCIPTA dunia nyata dan maya. Saya begitu menghormati anda.



Thursday, January 6, 2011

Saya tidak lelah menutupi borok (mu)...

Sewaktu kecil saya sering bermain di segala medan. Pasir, tanah, hujan, panas, lapangan, jalanan, pasar hingga pohon mahoni besar pun saya panjat.

Semua itu hingga kini masih teringat dan terkenang.

Saya pun sampai sekarang selalu tertawa geli jika sedang mandi melihat sebuah tanda dari "kenakalan" bermain saat anak-anak. Sebuah bekas luka terkena paku sepanjang 3 cm.

Itu hanya satu ingatan saja, selain panggilan "gudikan" yang pernah saya dapat. Makna gudikan sesekali memang membuat saya minder, karena jelas-jelas secara fisik saya seorang anak yang banyak borok atau bekas luka. Tak putih mulus.

Tapi kekuatan pertemanan dan (terutama) orang tua lagi-lagi jadi bagian utama menutup rasa tidak percaya diri itu. Apalagi mulai SMP tinggi badan saya mulai melar (narsis dikit = hahahaha).

Dari semua luka dan borok, satu obat yang saat itu masih saya ingat diberikan orang tua saya adalah salep hitam dengan wangi yang menusuk menjijikkan (bagi saya).

"OOeeeek..." saya pasti merasa mual kalau mencium bau nya lagi sekarang.

Dan pastinya ibu tak akan lelah menutupi borok ku...


Lalu...

Kalau saya tiba-tiba ngelantur lebay memikirkan kehidupan di negeri ini, sudah berapa borok yang kau tutupi ?!?