Friday, November 12, 2010

Jangan GILA doong...


Anda yang biasa membaca catatan saya pasti sudah (mungkin) bisa menebak; "pasti tentang catatan lalu-lintas dan kemacetannya lagi..."

IYA benar, karena semua ingatan, ide dan rencana saya banyak muncul saat di lalu-lintas Jakarta, bukan saat BB di kamar mandi. Saat BB justru saat ter-rileks saya.

Sebelumnya (kalau tidak salah) saya pernah catat kalau saya bukan lagi orang yang baik dan benar saat di lalu-lintas. Lalu-lintas jakarta adalah hutan rimba buas yang menciptakan banyak predator. Siapapun dapat menyantap, melilit, hingga menyeruduk. Nah, kata terakhir ini yang beberapa hari terjadi menimpa saya. Diseruduk metromini dan motor tepatnya. Saya pikir saya harus memasang tulisan besar di kendaraan saya "JAGA JARAK", bukan lagi stiker kecil di spakbor. Bahkan jika perlu semua atribut saya pada bagian belakangnya dituliskan "JAGA JARAK" juga.

"Bapak liat, apa saya nabrak motor yang di depan ?"

Begitu saya bicara (dan tentu sambil melotot) pada seorang bapak sedikit tua yang (mungkin) hampir terlambat mengantarkan anaknya ke sekolah. Lalu saya kembali melaju sambil mengumpat dalam hati "saya kasih space bukan untuk diisi, tapi untuk menjaga kalau ada apa-apa."

Itu belum seberapa, di hari berikutnya, bahkan saat jalan sudah sepi pun, kendaraan dari arah berlawanan membalap kendaraan di depannya sambil memakan jalur saya. Kontan refleks "mengadu" saya bagai matador siap menyeruduk saya pasang. Walau saya yakin akan kalah, paling tidak saya tidak tinggal diam saat berpapasan.

"Cuiiiih..."
entah bagian mana dari kendaraan itu yang terkena, atau mungkin tepat masuk jendela mobilnya dan kena di mukanya, harapan saya.
Lalu-lintas terus menggila. Sepertinya saya harus ke psikiater karena sudah ikut gila. Begitu pikiranku jika mengikuti film-film barat yang selalu memanfaatkan jasa psikiater apabila sedikit saja dirasa telah stres. Dan Rs.Jiwa DR Soeharto Heerdjan, pasti akan lebih penuh.

Ya, iseng-iseng saya akhirnya menuju rumah sakit itu. Tempatnya tidak sulit dicari. Ketika masuk halaman parkir saya langsung bertanya dimana saya bisa mendapatkan informasi tentang pelayanan rumah sakit, satpam langsung menunjukkan arahnya.
Setelah sampai di tempat yang ditunjukkan saya disuruh duduk dulu di koridor luar, karena akan ada yang menjelaskan langsung datang ke saya. Wah saya langsung berpikir, pelayanannya cukup personal sekali, walau tak lama ternyata yang datang seorang satpam pula yang menjelaskan informasi tentang pelayanan rumah sakit ini.
Dengan lancar ia menerangkan segala fasilitas dan biaya.
Ahh, ada yang aneh tiba-tiba pikirku... mengapa orang ini yang menjelaskan???! Bukannya seorang resepsionis atau Customer Service di lobby, tp saya dihadapkan dengan seorang satpam untuk menjelaskan dan di koridor luar pula itu terjadi. Coba, apa yang anda pikirkan? Apakah sama pikiran anda kalau orang ini sedang bermain sebagai calo rumah sakit?

Mari kita lewatkan saja bagian itu, dan langsung pada sekilas info yang dia berikan dengan lancar dan santun kepada saya.

Rumah Sakit Jiwa DR Soeharto Heerdjan, tentunya melayani konsultasi dan pengobatan jalan hingga rawat inap. Pada bagian rawat inap per hari nya tanpa obat :

  1. VIP Rp 340.000 - kapasitas ruang 1 orang khusus.
  2. Kelas 1 Rp 184.000 - kapasitas ruang 4 -6 orang.
  3. Kelas 2 Rp 148.000 - kapasitas ruang 10 orang.
  4. Kelas 3 Rp 114.000 - kapasitas ruang 15 orang

Untuk UGD Rp 185.000.

Waah, lumayan mahal juga bagi saya.
Selepas itu saya langsung berpamitan dan meminta no kontak rumah sakit. Tapi lagi-lagi keanehan bagi saya muncul, "Bapak bisa catat saja no HP saya kalau ingin menghubungi...".

"Huuh, kalau begini saya tak bisa dan boleh jadi gila, jangan gilaa dong..."
Lalu saya kembali ke jalan raya dan lalu lintas jakarta yang semakin menggila apabila sore hari nya.
Jakarta ; Tempat kegilaan yang sebenarnya terjadi.