Monday, October 25, 2010

adakah anda lihat pagi ini

Jakarta 25 Oktober 2010

Tadi pagi saya sudah berpikir untuk enggan berangkat ke sekolah. Tubuh saya (lagi-lagi) protes dengan hal rutinitas lalulintas. Apalagi, kalau bukan soal kemacetan. Karena dalam kondisi macet semua pengguna jalan telah terprogram untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Dan saya sudah jadi bagian disana. Mesin dinyalakan, telinga sdh terpasang earphone, mulut terpasang masker. Itu semua bagi saya akhirnya jadi alat-alat untuk jadi tidak peduli saat di jalanan. Coba pikir saja, bagaimana tau ekspresi wajah apakah tersenyum ataukah marah jika mulut saya tertutup masker. Bagaimana tahu orang lain berteriak tolong atau protes jika telinga saya asik menenangkan diri dengan raungan rock, trance atau uptempo smooth jazz. Bahkan mungkin kalau saja kacamata kuda bisa mereka dan saya kenakan, mungkin itu akan menambah lengkap ketidakpedulian kami di jalan raya.
TAPI, bicara soal indra penglihatan, mata saya selalu terbiasa menangkap momen-momen dengan cepat, krn memang itu kunci utama berkelit di lalu lintas.

Adakah anda lihat pagi ini di jalanan ?

Jika anda memulai hari dari jam 5 untuk berangkat ke Jakarta mungkin momen-momen ini sering terlihat.
  1. Pelajar yang masih terkantuk-kantuk untuk menemui pelajaran di sekolah yang membosankan.
  2. Loper koran membagikan jatah koran pada pengecer dan pengantarnya, mungkin sambil menyantap pisang goreng.
  3. Ibu-ibu mengaduk kopi lalu dihidangkan ke supir angkot.
  4. Pemuda tampan berdasi berhenti di warung nasi uduk dan memesan sebungkus untuk dibawanya ke kantornya di Sudirman.
  5. Bis jemputan dengan plat khusus yang tak mau mengalah khawatir terlambat dan mungkin terbiasa disiplin, cuma lantaran ada lambang jangkar nya.
  6. Wanita cantik bersepatu hak tinggi di halte busway pada pukul 6.00, sambil merapikan rambutnya.
  7. Bapak satpam yang necis klimis, bak Jendral bintang lima siap mengikuti upacara.
  8. Seorang pria mendorong motor karena jalanan adalah ladang bagi bibit-bibit paku yang siap ditunai.
  9. Segerombolan orang keluar dari stasiun bagai arak-arakan demo atau kampanye partai.
  10. Pengguna sepeda; yang justru menikmati kemacetan dengan kerampingan sepedanya.
  11. Para pekerja proyek gedung bertingkat berkumpul di sebuah warung nasi, lalu mengambil sebatang rokok dari helm proyeknya.
  12. Engkoh yang siap menghitung perdagangan klontongnya hari ini dengan sebuah kalkulator.
  13. Hingga seorang wanita memegang helm siap melanjutkan perjalanan dengan kendaraan yang lain.

Masih banyak momen-momen tertangkap sebenarnya, namun mungkin agak blur untuk dipasang di sini.
Sampai pada bagian hal/momen akhir dari perjalanan pagi saya ; begitu motor saya masuk gerbang sekolah, Bryan dan Rayhan pasti menemui saya di manapun posisi saya saat itu. Bahkan mereka tidak segan mengejar saya ke parkiran sambil menyodorkan tangannya :
"Selamat pagiii pak Aguuung..."
Seketika sakit kepala saya karena macet tadi hilang.
Walau saya yakin, penyakit itu akan datang (lebih ganas) lagi di sore hari nya.